*Souviens*
Sejak 2 jam yang
lalu, aku masih duduk termangu diatas batu besar di pinggir telaga ini. Masih
terdiam melamunkan peristiwa yang sulit untuk dipercaya, sulit untuk dimengerti
yang menyesakkan dada sampai rasanya sulit sekali bernafas sedikit saja. Ya,
peristiwa 3 tahun silam. Tepatnya saat aku harus menerima kenyataan bahwa
Danny, kekasihku, pergi meninggalkanku untuk selamanya. Dia meninggal dalam
kecelakaan mobil saat dia pergi menjemputku untuk memberi kejutan ulang
tahunku.
“Hmm, tempat ini
memang indah dan nyaman” desahku lirih sambil tetap menatap air yang tenang di
telaga itu. “Sangat indah, tenang, dan damai karena disini menyimpan banyak
kenanganku bersama Danny. Disini juga kali pertama aku bertemu dengan Danny,
dan disini juga ia mengatakan perasaannya padaku.” batinku.
“Permisi.” Suara
yang terdengar oleh sebelah telingaku berhasil membuyarkan lamunanku, memaksaku
mendongak untuk melihat siapa yang berbicara tadi. “Bolehkah aku duduk
disampingmu?” tanya laki-laki itu sambil tersenyum lebar. Tapi, aku masih tetap
diam dan …. “Hei, apa aku mengganggumu?” sahutnya lagi.
“Oh nggak kok,
silahkan duduk” jawabku dengan nada ragu. “Daritadi aku melihatmu cuma melamun
disini? Ada apa?” tanya laki-laki itu. Tapi aku kembali diam. Ia bingung kenapa
aku tetap diam, lalu dia melanjutkan ucapannya. “Ehm, perkenalkan namaku Rifki.
Kamu?” tanyanya lagi. Kali ini sambil melambai-lambaikan tangannya didepan
wajahku.
“Oh maaf” sambil
mengusap wajah “Namaku Alena” sahutku dengan senyum tipis.
“Apa yang kamu
lakukan disini?” tanya Rifki.
“Nggak ada, cuma
menenangkan pikiran aja.”
“Selama itu?”
“Ya.” Sambil
melirik jam tanganku. “Astaga, aku udah terlalu lama disini, aku harus pulang.
Sampai ketemu, Rifki.” Kataku tergesa-gesa. Aku pun berlari menjauh dan menghilang
dari pandangan Rifki. “Dasar cewek aneh, tapi menarik.” gumamnya.
*****
Sudah 3 bulan aku berteman dan
mengenal Rifki. Dia orang yang menyenangkan. Dia baik, ramah, perhatian, keren,
dan paling bisa bikin aku seneng. Hampir setiap hari kita selalu bersama. Mulai
dari jogging, ke toko buku, makan siang, duduk di taman kota sambil makan es
krim, dan yang pasti menikmati tempat favoritku—telaga souviens di sore hari,
aku menyebutnya ‘telaga souviens’ karena dalam bahasa perancis souviens artinya
mengenang. Mengenang semua cerita yang pernah tertulis dan pernah terjadi di
telaga ini. Sekaligus tempat favorit Rifki juga sejak pertemuan kita 3 bulan
yang lalu. Ya, dan aku selalu menikmati setiap hariku bersamanya, terlebih
karena dia bisa membuatku semangat dan selalu tersenyum menghadapi hari ini dan
esok, setelah Danny meninggal.
*****
Today is my sweet seventeen
birthday. Hari paling special yang pernah kurasakan saat Danny menyatakan
perasaanya padaku di tempat favoritku 5 tahun silam. Mungkin hari ini juga hari
yang membahagiakan untukku kalau saja Danny masih hidup, masih disini
menemaniku dan memberikan kado terindah kedua untukku. Ahh, itu dulu. Tidak
untuk sekarang dan tahun-tahun yang akan datang karena, kenyataannya Danny
memang pergi untuk selamanya dan nggak akan kembali lagi dalam kehidupanku.
Tapi aku yakin, di surga sana dia pasti tersenyum melihatku karena dia akan
selalu ada disini—dihatiku. Gumamku dalam hati.
‘But baby there you again, there you again making me love you. Yeah I
stopped using my head, using my head let it all go’ nada dering Maroon5
terdengar dari handphone ku, seketika mengacaukan pikiranku. Tiba-tiba seulas
senyum langsung mengembang saat aku tahu Rifki menelponku.
“Nanti sore aku jemput ya.
Siap-siap dan buat dirimu terlihat lebih cantik ya.” kata Rifki diseberang
sana. “Emangnya mau kemana sih?” tanyaku penasaran. “Nanti juga tahu sendiri
kok, see you.” Rifki menutup teleponnya.
*****
“Kamu cantik banget Alena, ayo
masuklah.” katanya sambil membukakan pintu mobil. “Kita mau kemana Rif?” “Ke
tempat favorit kita.”
Aku mengernyitkan alisku dan
menatapnya dengan penuh tanya. Seolah dia tahu apa yang aku pikirkan, dia
langsung menjawab “Aku punya surprise buat kamu.” Ucapnya penuh senyum. Senyum
yang bisa membuat cewek manapun terpikan dan jatuh hati padanya.
Sesampainya ditempat itu, Rifki
membawaku ke dekat batu besar tempat biasa kami sering duduk disitu. “Tunggu
disini dan setelah hitungan ketiga kamu boleh balik badan, ngerti?” katanya
lirih. Aku mengangguk.
“1..2..3..”
Dan setelah hitungan itu, aku balik
badan. Dan sungguh, seketika itu tubuhku kaku, mataku terbelalak, dan jantungku
berdegup kencang. Benar-benar kejutan yang sempurna. Rangkaian bunga-bunga
cantik, tatanan lilin, dan kelap-kelip lampu kecil yang bertuliskan “Happy
Birthday Alena. I Love You” sangat menakjubkan. Senyumku mengembang dan aku
menatap Rifki. Lalu dia memegang tanganku dan menarikku dalam pelukannya dan ia
berkata “Happy Birthday Alena, semoga kau selalu tersenyum disampingku.” Ia
berhenti sejenak.
Ia melepaskan pelukannya dan
menatapku dalam-dalam. “Sudah lama aku ingin mengatakan ini, sudah lama aku
tertarika padamu, tapi aku belum berani. Mungkin ini waktu yang pas untuk
mengatakannya padamu. Aku menyayangimu.” Ia menghela nafas.
“Want you to be my girlfriend?”
“Yes I want.” Sahutku dengan nada
bergetar. Dan diapun memelukku.
*****
‘But baby there you again, there you again making me love you. Yeah I
stopped using my head, using my head let it all go’ nada dering Maroon5
terdengar.
“Halo”
“Lena, nanti sore aku ingin ziarah
ke makam sahabatku. Sejak kedatanganku ke Indonesia 3 bulan lalu aku belum
kesana. Kamu mau menemaniku?” tanya Rifki.
“Oke” jawabku. Telepon ditutup.
Jam 4 sore Rifki menjemputku. Tak
lama kami pun sampai di pemakaman itu. Makan ini terlihat asri, terawatt, dan
nggak asing. Suasanya disini tidak mencekam sepeti layaknya pemakaman seperti
umumnya, justru terlihat seperti taman dengan tatanan batu-batu diatasnya.
Mungkin karena tanah makam ini ditumbuhi rumput-rumput yang tertata.
Tiba-tiba Rifki berhenti pada
sebuah batu nisan. “Ini makam sahabatku. Dia meninggal 3 tahun silam dalam
kecelakann mobil saat ia pergi menjemput pacarnya.” katannya lirih.
Aku pun melihat nama di batu nisan
itu. Dan seketika duniaku terasa gelap, nafasku tertahan, hatiku perih, dan
tubuhku lemas. Nama di batu nisan itu adalah Danny Evans. Tak pernah
terfikirkan oleku kalau Rifki adalah sahabat Danny.
“Sungguh, cerita apalagi ini?”
mataku berkaca-kaca. “Kamu nggak apa-apa kan Len?” tanya Rifki.
“Eh, aku nggak apa-apa kok.”
“Yakin?”
“Iya.” mengangguk. “Kalau begitu,
ayo kita pulang.” ajaknya.
*****
Aku duduk menekuk kakiku dan
menopangkan daguku pada kedua lututku. Mataku sembab, pikiranku kacau. Yang ada
sekarang cuma bayang-bayang masa lalu bersama Danny. Kenapa aku nggak pernah
tahu Danny punya sahabat yang tinggal di luar negeri. Kenapa aku tahu setelah
aku menyayangi sahabatnya sendiri. Kenapa?
“Rif, aku pengen ngomong sesuatu
sama kamu.”
“Soal apa?”
“Soal Danny, sahabatmu.”
“Oke, aku kerumahmu sekarang.”
Sesampainya Rifki dirumahku, aku
menceritakan semuanya ke Rifki. Dari awal sampai akhir. Semua tentang Danny.
Awalnya Rifki kaget dan bingung, dia hamper tak percaya bahwa pacar sahabatnya
itu adalah Alena, yang sekarang dihadapannya.
“Kalau begitu, besok kita ke makan
Danny ya?” ajaknya.
Aku
mengangguk.
*****
Siang itu matahari terhalang awan
putih, bukan awan hitam yang akan membawa hujan. Angin yang sepoi-sepoi membuat
udara terasa sejuk.
Perlahan aku menyentuh ukiran nama
Danny Evans di batu nisan itu. Seberapa kuat pun aku menahan, rasa sakit
didadaku masih tetap ada. Mataku lagi-lagi teasa panas.
“Danny, kamu bisa dengar aku?”
tanyaku pelan. “Maaf karena akau lama nggak kesini. Maaf karena aku sempat
melupakanmu. Dan maaf karena aku menyayangi laki-laki lain, selain kamu..”
Aku merasa air mataku jatuh seiring
berhembusnya angin, membelai rambutku dengan lembut. “Aku masih ingat jelas
wajahmu, senyummu, suaramu, dan hangat pelukmu,” aku menghela “Aku bahkan masih
ingat saat kita pertama kali bertemu, saat kamu menyatakan perasaanmu.” Air
mataku semakin deras.
“Tapi satu hal yang harus kamu
tahu, rasa sayangku ke kamu nggak akan pernah hilang. Meski kini aku menyayangi
Rifki, tapi kamu nggak akan tergantikan. Maafkan aku karena aku mencintai sahabatmu
sendiri.”
Perlahan aku manghapus air mataku,
aku menyadari bahwa Rifki menghampiriku dengan buket bunga mawar putih untuk
Danny.
“Danny, terimakasih kaena kamu
telah menjadi sahabat terbaik untukku selam hidupmu. Mungkin aku nggak akan
pernah bisa merebut Alena darimu. Tapi biarkan aku menyayanginya dan menjaganya
untukmu. Percayalah aku nggak akan menyakitinya.” terang Rifki.
“You’re always in my heart.” “Aku
pulang dulu ya, baik-baik disana Dan, aku selalu mendoakanmu.”
Lalu aku dan Rifki melangka
meninggalkan makan Danny. Rifki memegang erat tanganku dan berkata “Ini cinta
barumu bersamaku” ucapnya sambil tersenyum padaku.
END
0 komentar:
Posting Komentar