About

Minggu, 25 November 2012

Cerpen

*Souviens*
Sejak 2 jam yang lalu, aku masih duduk termangu diatas batu besar di pinggir telaga ini. Masih terdiam melamunkan peristiwa yang sulit untuk dipercaya, sulit untuk dimengerti yang menyesakkan dada sampai rasanya sulit sekali bernafas sedikit saja. Ya, peristiwa 3 tahun silam. Tepatnya saat aku harus menerima kenyataan bahwa Danny, kekasihku, pergi meninggalkanku untuk selamanya. Dia meninggal dalam kecelakaan mobil saat dia pergi menjemputku untuk memberi kejutan ulang tahunku.
“Hmm, tempat ini memang indah dan nyaman” desahku lirih sambil tetap menatap air yang tenang di telaga itu. “Sangat indah, tenang, dan damai karena disini menyimpan banyak kenanganku bersama Danny. Disini juga kali pertama aku bertemu dengan Danny, dan disini juga ia mengatakan perasaannya padaku.” batinku.
“Permisi.” Suara yang terdengar oleh sebelah telingaku berhasil membuyarkan lamunanku, memaksaku mendongak untuk melihat siapa yang berbicara tadi. “Bolehkah aku duduk disampingmu?” tanya laki-laki itu sambil tersenyum lebar. Tapi, aku masih tetap diam dan …. “Hei, apa aku mengganggumu?” sahutnya lagi.
“Oh nggak kok, silahkan duduk” jawabku dengan nada ragu. “Daritadi aku melihatmu cuma melamun disini? Ada apa?” tanya laki-laki itu. Tapi aku kembali diam. Ia bingung kenapa aku tetap diam, lalu dia melanjutkan ucapannya. “Ehm, perkenalkan namaku Rifki. Kamu?” tanyanya lagi. Kali ini sambil melambai-lambaikan tangannya didepan wajahku.
“Oh maaf” sambil mengusap wajah “Namaku Alena” sahutku dengan senyum tipis.
“Apa yang kamu lakukan disini?” tanya Rifki.
“Nggak ada, cuma menenangkan pikiran aja.”
“Selama itu?”
“Ya.” Sambil melirik jam tanganku. “Astaga, aku udah terlalu lama disini, aku harus pulang. Sampai ketemu, Rifki.” Kataku tergesa-gesa. Aku pun berlari menjauh dan menghilang dari pandangan Rifki. “Dasar cewek aneh, tapi menarik.” gumamnya.
*****
Sudah 3 bulan aku berteman dan mengenal Rifki. Dia orang yang menyenangkan. Dia baik, ramah, perhatian, keren, dan paling bisa bikin aku seneng. Hampir setiap hari kita selalu bersama. Mulai dari jogging, ke toko buku, makan siang, duduk di taman kota sambil makan es krim, dan yang pasti menikmati tempat favoritku—telaga souviens di sore hari, aku menyebutnya ‘telaga souviens’ karena dalam bahasa perancis souviens artinya mengenang. Mengenang semua cerita yang pernah tertulis dan pernah terjadi di telaga ini. Sekaligus tempat favorit Rifki juga sejak pertemuan kita 3 bulan yang lalu. Ya, dan aku selalu menikmati setiap hariku bersamanya, terlebih karena dia bisa membuatku semangat dan selalu tersenyum menghadapi hari ini dan esok, setelah Danny meninggal.
*****
Today is my sweet seventeen birthday. Hari paling special yang pernah kurasakan saat Danny menyatakan perasaanya padaku di tempat favoritku 5 tahun silam. Mungkin hari ini juga hari yang membahagiakan untukku kalau saja Danny masih hidup, masih disini menemaniku dan memberikan kado terindah kedua untukku. Ahh, itu dulu. Tidak untuk sekarang dan tahun-tahun yang akan datang karena, kenyataannya Danny memang pergi untuk selamanya dan nggak akan kembali lagi dalam kehidupanku. Tapi aku yakin, di surga sana dia pasti tersenyum melihatku karena dia akan selalu ada disini—dihatiku. Gumamku dalam hati.
But baby there you again, there you again making me love you. Yeah I stopped using my head, using my head let it all go’ nada dering Maroon5 terdengar dari handphone ku, seketika mengacaukan pikiranku. Tiba-tiba seulas senyum langsung mengembang saat aku tahu Rifki menelponku.
“Nanti sore aku jemput ya. Siap-siap dan buat dirimu terlihat lebih cantik ya.” kata Rifki diseberang sana. “Emangnya mau kemana sih?” tanyaku penasaran. “Nanti juga tahu sendiri kok, see you.” Rifki menutup teleponnya.
*****
“Kamu cantik banget Alena, ayo masuklah.” katanya sambil membukakan pintu mobil. “Kita mau kemana Rif?” “Ke tempat favorit kita.”
Aku mengernyitkan alisku dan menatapnya dengan penuh tanya. Seolah dia tahu apa yang aku pikirkan, dia langsung menjawab “Aku punya surprise buat kamu.” Ucapnya penuh senyum. Senyum yang bisa membuat cewek manapun terpikan dan jatuh hati padanya.
Sesampainya ditempat itu, Rifki membawaku ke dekat batu besar tempat biasa kami sering duduk disitu. “Tunggu disini dan setelah hitungan ketiga kamu boleh balik badan, ngerti?” katanya lirih. Aku mengangguk.
“1..2..3..”
Dan setelah hitungan itu, aku balik badan. Dan sungguh, seketika itu tubuhku kaku, mataku terbelalak, dan jantungku berdegup kencang. Benar-benar kejutan yang sempurna. Rangkaian bunga-bunga cantik, tatanan lilin, dan kelap-kelip lampu kecil yang bertuliskan “Happy Birthday Alena. I Love You” sangat menakjubkan. Senyumku mengembang dan aku menatap Rifki. Lalu dia memegang tanganku dan menarikku dalam pelukannya dan ia berkata “Happy Birthday Alena, semoga kau selalu tersenyum disampingku.” Ia berhenti sejenak.
Ia melepaskan pelukannya dan menatapku dalam-dalam. “Sudah lama aku ingin mengatakan ini, sudah lama aku tertarika padamu, tapi aku belum berani. Mungkin ini waktu yang pas untuk mengatakannya padamu. Aku menyayangimu.” Ia menghela nafas.
“Want you to be my girlfriend?”
“Yes I want.” Sahutku dengan nada bergetar. Dan diapun memelukku.
*****
But baby there you again, there you again making me love you. Yeah I stopped using my head, using my head let it all go’ nada dering Maroon5 terdengar.
“Halo”
“Lena, nanti sore aku ingin ziarah ke makam sahabatku. Sejak kedatanganku ke Indonesia 3 bulan lalu aku belum kesana. Kamu mau menemaniku?” tanya Rifki.
“Oke” jawabku. Telepon ditutup.
Jam 4 sore Rifki menjemputku. Tak lama kami pun sampai di pemakaman itu. Makan ini terlihat asri, terawatt, dan nggak asing. Suasanya disini tidak mencekam sepeti layaknya pemakaman seperti umumnya, justru terlihat seperti taman dengan tatanan batu-batu diatasnya. Mungkin karena tanah makam ini ditumbuhi rumput-rumput yang tertata.
Tiba-tiba Rifki berhenti pada sebuah batu nisan. “Ini makam sahabatku. Dia meninggal 3 tahun silam dalam kecelakann mobil saat ia pergi menjemput pacarnya.” katannya lirih.
Aku pun melihat nama di batu nisan itu. Dan seketika duniaku terasa gelap, nafasku tertahan, hatiku perih, dan tubuhku lemas. Nama di batu nisan itu adalah Danny Evans. Tak pernah terfikirkan oleku kalau Rifki adalah sahabat Danny.
“Sungguh, cerita apalagi ini?” mataku berkaca-kaca. “Kamu nggak apa-apa kan Len?” tanya Rifki.
“Eh, aku nggak apa-apa kok.”
“Yakin?”
“Iya.” mengangguk. “Kalau begitu, ayo kita pulang.” ajaknya.
*****
Aku duduk menekuk kakiku dan menopangkan daguku pada kedua lututku. Mataku sembab, pikiranku kacau. Yang ada sekarang cuma bayang-bayang masa lalu bersama Danny. Kenapa aku nggak pernah tahu Danny punya sahabat yang tinggal di luar negeri. Kenapa aku tahu setelah aku menyayangi sahabatnya sendiri. Kenapa?
“Rif, aku pengen ngomong sesuatu sama kamu.”
“Soal apa?”
“Soal Danny, sahabatmu.”
“Oke, aku kerumahmu sekarang.”
Sesampainya Rifki dirumahku, aku menceritakan semuanya ke Rifki. Dari awal sampai akhir. Semua tentang Danny. Awalnya Rifki kaget dan bingung, dia hamper tak percaya bahwa pacar sahabatnya itu adalah Alena, yang sekarang dihadapannya.
“Kalau begitu, besok kita ke makan Danny ya?” ajaknya.
                Aku mengangguk.
 *****
Siang itu matahari terhalang awan putih, bukan awan hitam yang akan membawa hujan. Angin yang sepoi-sepoi membuat udara terasa sejuk.
Perlahan aku menyentuh ukiran nama Danny Evans di batu nisan itu. Seberapa kuat pun aku menahan, rasa sakit didadaku masih tetap ada. Mataku lagi-lagi teasa panas.
“Danny, kamu bisa dengar aku?” tanyaku pelan. “Maaf karena akau lama nggak kesini. Maaf karena aku sempat melupakanmu. Dan maaf karena aku menyayangi laki-laki lain, selain kamu..”
Aku merasa air mataku jatuh seiring berhembusnya angin, membelai rambutku dengan lembut. “Aku masih ingat jelas wajahmu, senyummu, suaramu, dan hangat pelukmu,” aku menghela “Aku bahkan masih ingat saat kita pertama kali bertemu, saat kamu menyatakan perasaanmu.” Air mataku semakin deras.
“Tapi satu hal yang harus kamu tahu, rasa sayangku ke kamu nggak akan pernah hilang. Meski kini aku menyayangi Rifki, tapi kamu nggak akan tergantikan. Maafkan aku karena aku mencintai sahabatmu sendiri.”
Perlahan aku manghapus air mataku, aku menyadari bahwa Rifki menghampiriku dengan buket bunga mawar putih untuk Danny.
“Danny, terimakasih kaena kamu telah menjadi sahabat terbaik untukku selam hidupmu. Mungkin aku nggak akan pernah bisa merebut Alena darimu. Tapi biarkan aku menyayanginya dan menjaganya untukmu. Percayalah aku nggak akan menyakitinya.” terang Rifki.
“You’re always in my heart.” “Aku pulang dulu ya, baik-baik disana Dan, aku selalu mendoakanmu.”
Lalu aku dan Rifki melangka meninggalkan makan Danny. Rifki memegang erat tanganku dan berkata “Ini cinta barumu bersamaku” ucapnya sambil tersenyum padaku.

END

0 komentar:

Posting Komentar

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | Online Project management